Jumat, 22 Maret 2013

Adik kecil pedagang Buah


Inspirasi Dari Bocah Pedagang Apel

Selesai makan siang. Mencari termpat bernaung, saya dan seorang sahabat duduk di bawah sebuah pohon depan sebuah restoran. Di saat asyik bercerita bersama sahabatku itu, tiba-tiba seorang bocah lelaki umuran 12 tahun menghampiri dan menawarkan dagangannya. Dalam tasnya terdapat buah-buahan segar. Ada apel dan rambutan. Bukannya tertarik pada buah-buahan yang bagus itu, tetapi malah kepada bocah lelaki itu. Dengan pakaian lusuh di badannya, dia membuka percakapan singkat. "Kak, mau beli buah? Beli yah kak?" tawar bocah itu dengan senyum menggoda di bibirnya. Tatapan matanya memperlihatkan harapan semoga kami ingin membeli Apel dan Rambutan miliknya.  "Coba sini, kita lihat dulu. Ini harganya berapa ade? Ade jualan, tidak sekolaah yah?"tanyaku sambil membongkar Apel-apel segar miliknya. "Sekolah kak, masuknya siang..."timpalnya lagi. Jadi kamu paginya jualan, sekolah siang gitu?"Iya kak, paginya nyari uang buat bayar sekolah" tuturnya dari mulut polos bocah 12 tahun itu. Dalam hati aku terkagum-kagum dengan perjuangan bocah itu. Dalam umur yang masih belia, sudah pandai mencari uang."Wah, kamu hebat ya nyari uang sendiri.. pasti uangnya udah banyak kan?hehehehehehe..."ledekku kepada anak ini."Gak kok kak, uangnya dipake bayar sekolah & buat bantu ibu  beliin obat adikku yang lagi sakit". Hahh??????? spontan aku bereaksi. Batinku tidak percaya kok bisa anak sekecil ini berjuang buat dirinya sendiri & orang yang dia sayang...Sedihh, tidak percaya, kagum dan berbagai perasaan bercampur dalam diriku.. Apalagi tampak raut wajahnya memperlihatkan keceriaan yang luar biasa. Padahal beban tanggung jawabnya terbilang luar biasa berat untuk orang seumurannya.

Rabu, 06 Maret 2013

BERAWAL DARI SEBUAH MIMPI



BERAWAL DARI SEBUAH MIMPI
Oleh: Marselina Suryani Tanus

Pertemuan yang tak disengaja sekitar 2 tahun yang lalu. Saat itu saya mengikuti kegiatan jurnalisme warga (Bukan kegiatan kampus). Kelas Jurnalisme Warga ini merupakan kegiatan berkala yang dilakukan oleh Sloka Institute yang tujuan nya adalah memberikan pengetahuan dasar jurnalistik untuk warga sehingga pada akhirnya warga juga bisa ikut berpartisipasi menuliskan berita (bukan sebagai objek semata). Kelas jurnalisme warga ini sangat berkesan saat nara sumber menghadirkan sosok gadis remaja yang kira-kira berusia 14 tahun saat itu. Dalam hati saya bertanya-tanya, siapa dia? wajahnya tidak familiar? ini pertama kali saya melihatnya, begitu pikir saya saat itu. Turun dari sebuah mobil mewah bersama seorang ibu & adik kecil, mereka berjalan beriringan menuju ke tempat dimana kegiatan ini dilaksanakan. Semua mata memandang & mungkin bukan hanya saya yang bertanya-tanya tapi semua yang melihatnya pasti akan bertanya-tanya, siapa dia? dan untuk apa mereka disini? Sebagai nara sumber kah? Atau ??? banyak pertanyaan muncul dalam benak saya saat itu. Saya pun menyerah untuk tidak menerka-nerka & menunggu tahap perkenalan tentang nya.

Ni Wayan Mertayani (Sepi)