Menyayangi Tak
Harus Memiliki
Kembali merangkai kata menjadi
kalimat. Lelah menjalani aktivitas seharian, kerjaan yang menumpuk membuat saya
sebenarnya pengen cepat tidur, hehehe… “Ayolah jeji, tidur bukan satu-satunya
cara menghilangkan lelah & penat “ sembari memberikan semangat pada diri
saya sendiri,, Masa mau kalah sama ngantuk jeji? Begitu pikirq hahahaha.
Ternyata betul, melihat laptop pink kesayangan di atas meja seketika itu rasa
ngantuk pun hilang, (kekuatan laptop mengalahkan kekuatan ngantuk ni hohoho…) Terlintas
keinginan untuk menulis ungkapan hati yang ingin saya rangkai menjadi
kalimat-kalimat sederhana, ya pikir-pikir buat dijadikan koleksi pribadi ”begitu
pikir saya”.. Sesuatu yang cukup sulit karena saya lakukan pada saat lelah
dengan aktifitas harian namun terasa begitu menyenangkan saat saya dapat
menuangkan perasaan saya dalam tulisan ini dengan menggunakan tangan yang letih
untuk mengetik, mata yang sudah 5 watt & otak yang sudah mulai lelah pula
tentunya hehehehe... Tulisan ini ingin sedikit menggambarkan bagaimana rasanya
saat kita bisa menyayangi tapi tak bisa kita memiliki. Sekilas, terdengar
gambaran yang basi, membosankan, & tak harus dilanjutkan.
Kalian pernah tidak merasakan
menyayangi seseorang tapi tidak bisa kalian miliki? Bagaimana rasanya saat
kalian berada dalam posisi ini? Senang? Sedih ? atau ?? Hm, mungkin ada begitu
banyak orang diluar sana yang pernah mengalami ini. Susah?jenuh?bosan? &
bertahan pada sesuatu yang tak pasti. Ini menyakitkan bukan? Karena saya seorang
wanita, saya ingin melihat keadaan seperti ini dari sudut pandang saya. Sempat
share dengan beberapa tenman sekedar ingin tahu tanggapan mereka soal topic yang
saya bahas pada tulisan ini. Alhasil, semua punya persepsi masing-masing &
tentunya berbeda sesuai dengan apa yang dirasakan. Menyayangi seseorang tapi
tak bisa kita miliki ibarat “menggenggam
pasir makin erat kau genggam makin sedikit kau dapat”.
Sejenak, memory otak yang menyimpan
file-file tentangmu perlahan mulai bekerja untuk mengantarkan saya pada memory ,yang di dalamnya ada cerita
tentangmu. Otak saya luar biasa mampu menampung semua file tentangmu dengan
kapasitas memory yang cukup besar, entah ini efek perasaan sayang ataukah
memory otak saya ngefans sama kamu… hahahahaha… Kamu bukan orang pertama yang datang
menghampiri hati saya , bukan juga cinta pertama saya , tapi kamu jadi orang
pertama yang selalu saya ceritakan lewat tulisan-tulisan di blog ini . Kamu
tahu kenapa? Karena kamu buat saya mengerti satu hal “Menyayangi tak harus
memiliki”. Perasaan saling menyayangi bukan perasaan yang bisa dipaksakan ,
perasaan yang tulus & hanya bisa dirasakan di “hati”. Semua orang mungkin
bisa bilang “sayang” & mengekspresikan perasaan “sayang” tapi lebih dari
itu perasaan “sayang” hanya bisa dijelaskan oleh “hati”.
Awalnya saya tidak sadar kalau saya menyayangimu
( efek loading perasaan yang lama atau memang saya yang tidak begitu peka
hahahaha ) Entahlah… Tapi saat saya menyadari perasaan saya ke kamu, saat
itulah saya ingin kamu bisa menjadi milik saya dalam artian “pacaran”, tapi
ternyata saya terlalu bego untuk menggambarkan sebuah keadaan, terlalu cepat
menyimpulkan & terlalu ego untuk berpikir soal rasa “sayang” itu. Perasaan “sayang”
yang saya rasakan buat saya jadi orang yang sempit akan makna kata “sayang”
waktu itu. Saat saya membutuhkan kepastian itu dengan gaya cool yang tak pernah
lepas dari kepribadianmu, kamu coba meyakinkan saya satu hal saat itu kalau
perasaan kita hanya akan sebatas “rasa” & tidak lebih. Cukup membuat saya
kaget dengan jawabanmu. Sempat membuat saya berpikir ini tidak enak untuk terus
dijalani & tak harus dilanjutkan. Sedih sich,satu hal yang perlu saya sadari jalan kita berbeda. Hal ini buat saya
sadar Saling menyayangi tanpa ikatan apa-apa tetap menyenangkan untuk dijalani.
Kita masih bisa terus saling support, saling mengingatkan & saling
mendoakan tanpa harus ada ikatan sebagai “penguat” ,karena “penguat” kita ada
pada rasa “sayang” yang kita miliki.
Hari demi hari kita lewati perasaan
itu bukan nya hilang malah makin kuat . Saya bingung dengan perasaan itu. Kita
dengan gaya kita mencoba mengekspresikan rasa “sayang” untuk saling
mengungkapkan apa yang sebenarnya kita rasa. Tetapi tanpa disadari perasaan itu
justru membuat luka untuk kita sendiri. Bagaimana tidak perasaan itu membuat
kita tersiska dalam lingkarannya. Sampai akhirnya berada pada satu titik yang
mencoba meyakinkan saya dengan kekuatan pikiran, dan hati saya sendiri kalau
perasaan ini hanya akan tetap jadi rasa indah dalam kenangan tanpa harus saling
memiliki.Andai waktu bisa diputar kembali saya pengen rasa itu tak pernah ada.
Kamu tahu kenapa? Bukan karena tak ingin merasakannya atau ingin melupakanmu,
tapi lebih dari itu Perasaan yang kamu titipkan begitu indah dan sulit saya
lupakan, ini sungguh sangat menyiksa , entah sampai kapan biar waktu yang akan
menjawabnya…
Kalaupun tidak bisa saling memiliki,
itu bukan alasan untuk berhenti menyayangi. Tak pernah saya sesali rasa yang ada
meski terkadang ingin berlari menjauhimu walau sebenarnya takut kehilanganmu ,ingin
menyesali rasa ini namun hatiku bahagia karena perasaan ini. Hanya lewat tulisan ini saya bisa mengungkapkan rasa indah yang pernah dititipkan :) Terima kasih untuk
rasa itu…
Untuk kamu yang jauh disana :
“Baik-baik disana ya, kita cukup mendoakan
dari jauh tanpa ada yang tahu selain Tuhan “ : )
Untuk Tuhan :
“Jangan beritahu siapa-siapa ya Tuhan : ) ,
kalau saya & dia saling mendoakan & menyayangi walaupun tak bisa saling
memiliki “ : ) <3
Heii Jeji..
BalasHapusBiarkan RASA itu tetap ada, jangan paksakan untuk menjauh...sebab yg ada bukan semakin lupa, tapi makin tersiksa..
Meskipun Duka,lara & sesak di dada tak ada habisnya.. biarkan saja... biarkan dia tetap ada di tempat semula, jangan paksa juga mengganti posisinya dengan yg lain.. sebab sekuat apapun kita berusaha,dia tak kan pernah bisa betul2 terganti :-)